blogkombecks
Sedang memuat...

Tradisi Adat Ruteng Hasilkan Crop Circles di Sawah

Ruteng merupakan ibukota Manggarai, salah satu kawasan di Flores, Nusa Tenggara Timur. Kota berhawa sejuk ini berdekatan dengan tempat menarik lainnya, Maumere dan Labuan Bajo. Nama Ruteng sendiri berasal dari nama pohon beringin dalam bahasa setempat yang memang dulunya banyak tumbuh pada daerah itu.

Tempat ini sempat heboh setelah ditemukannya kerangka manusia purba Homo Floresiensis yang ditemukan di Liang Bua, Pulau Flores, pada tahun 2001 oleh tim peneliti gabungan Australia dan Indonesia. Usia kerangka ini diperkirakan berasal dari 94.000 hingga 13.000 tahun yang lalu.

Disalah satu desa ada di Ruteng, Desa Adat Ruteng Pu'u, terdapat altar dan makam batu para leluhur yang lokasinya berada tepat di tengah-tengah desa. Selain berkebun kopi, masyarakat adat Ruteng Pu'u juga hidup dari hasil pertanian. Jarak Kampung Adat hanya 4 km dari pusat kota Ruteng dengan waktu tempuh 10 menit menggunakan motor atau mobil.

Hasil dari pembagian tanah dengan sistem Lodok
Tak kalah menarik dari daerah ini adalah masyarakatnya telah mengenal crop circles dari generasi ke genarasi jauh sebelum fenomena ini heboh di dunia. Crop Circles itu adalah buatan manusia hasil dari Lodok. Lodok adalah sistem pembagian tanah yang secara turun temurun digunakan masyarakat adat Ruteng.

Pembagian tanah ini diawali dengan menanam sebatang pohon ditengah lingkaran (lingko) tanah yang akan dibagi, yang dikenal dengan Hamparan. Kemudian tetua adat akan menarik garis lurus dari tengah lingkaran ke batas terluar untuk menentukan bagian tanah yang akan diberikan kepada masyarakat. Hasil pembagian inilah yang akhirnya menyerupai crop circles, terutama jika lahan yang dibagi dijadikan sawah.

Namun Anda tidak perlu khawatir, tidak diperlukan drone, helikopter ataupun pesawat untuk bisa menikmati pemandangan diatas. Anda bisa melihat dengan jelas pemandangan sawah hasil Lodok dari sebuah daerah bernama Cancar di Golo Cara yang berjarak 12 kilometer dari Ruteng. Dari atas perbukitan Anda dapat leluasa menikmati pemandangan luar biasa ini.

Pemandangan sawah dari atas bukit
Dari literatur, leluhur orang Ruteng terdiri dari dua klan berbeda, Ata Ruteng dan Ata Runtu, yang sama-sama berasal dari Minangkabau. Ata Ruteng datang dari Minangkabau melalui Goa, Sulawesi Selatan. Kemudian menyusur melewati Bima (NTB), dan pada akhirnya mendarat di Warloka, Manggarai Barat (Anselmus Baru, Menyimak Nilai Kebersamaan Dalam Mbaru Niang Ruteng, FFA Unwira, Kupang , 2004, hal 19).

Sementara Ata Runtu melalui secara turun-temurun diketahui memiliki leluhur Sawu yangberasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. Setibanya di Manggarai, Sawu menempati wilayah Mando Sawu. Ia memiliki dua anak, Sawu Sa yang laki-laki dan Riwe yang perempuan (Robert Syukur, Adak Penti Compang Ruteng: Sebuah Simbol Ziarah Pencarian Diri Orang Ruteng, unpublicated, hal. 12).

Rumah adat Kampung Ruteng
Kampung Ruteng memiliki dua rumah adat  (Mbaru Niang). Ada yang disebut  Mbaru Tambor untuk pele sale, dan ada Mbaru Gendang untuk pele awo.  Rumah adat berbeda ini hanya terdapat di Kampung Ruteng.
Wisata 7380743071858453489

Beranda item

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *