Nyaris Bangkrut, Yunani Segera Lakukan Referendum

Nasib ekonomi Yunani akan ditentukan akhir pekan ini lewat referendum. Rakyat Yunani akan diberi dua pilihan pada 5 Juli 2015 apakah akan menerima dana talangan dari Troika sebutan untuk Uni Eopa, IMF, dan Bank Sentral Eropa sebesar €7,2 miliar atau tidak.

Tentu saja dua pilihan ini mempunyai konsekwensi masing-masing. Jika mayoritas memilih setuju maka dana talangan dari lembaga donor Troika akan lanjut dan partai berkuasa di Yunani bakal turun dari kekuasaan. Tapi kalau sebaliknya, Yunani kemungkinan keluar dari Zona Euro.

Referendum ini merupakan puncak tekanan yang diterima Yunani dari negara-negara maju Eropa, terutama dari pemimpin kreditor, Jerman. Krisis keuangan yang terjadi sejak 2008 telah membuat hubungan Yunani dan Jerman terus memburuk.

Jerman menuntun program penyehatan keuangan yang sangat disiplin. Sementara, Yunani merasa mendapat perlakuan semena-mena. Sikap tegas Jerman ini tentu sangat beralasan, mengingat Jerman adalah kreditor terbesar Uni Eropa.

Efek domino dari krisis ekonomi Yunani ini menurut KataData tidak hanya membahayakan ekonomi Jerman tapi bisa memperburuk ekonomi Eropa secara keseluruhan. Sementara itu 10% ekspor AS diserap oleh enam negara Eropa, sehingga ekonomi AS akan melambat.  AS akan mengurangi impor dan China juga akan mengurangi impor. Indonesia ikut terkena dampak dengan semakin tertekannya kurs rupiah dan ekonomi melambat.

Krisis ekonomi Yunani bermula ketika permohonan perpanjangan jatuh tempo hutang ditolak pada 27 Juni 2015. Yunani menjadi negara maju pertama yang gagal membayar cicilan utang (default) sebesar €1,55 miliar yang jatuh tempo 30 Juni .

Pada 28 Juni, Bank Sentral Eropa membatasi jumlah pinjaman dana darurat Yunani menjadi €89 Miliar. Pada 29 Juni Yunani menutup bank hingga 6 Juli dan membatasi penarikan uang dari ATM sebesar €60, setara Rp890 ribu per orang per hari. Pada 30 Juni program bailout untuk Yunani berakhir, Yunani gagal bayar utangnya kepada IMF.